27 Jun 2016

JAKA TARUB Cerita dari Jawa Tengah

JAKA TARUB
Cerita dari Jawa Tengah





JAKA TARUB Cerita dari Jawa Tengah




Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang pemuda yang tampan dan gagah bernama Jaka Tarub. Ia tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Jaka Tarub pandai berburu. Ia sering masuk ke dalam hutan untuk berburu.

Pada suatu hari, ketika Jaka Tarub sedang berada di dalam hutan, ia mendengar suara tawa gadis-gadis dan suara cipratan air. Perlahan-lahan ia mendekati suara tersebut. Ternyata, di hutan itu ada sebuah danau. Tujuh orang gadis cantik sedang bermain air di danau tersebut. Tak jauh dari mereka, Jaka Tarub melihat sebuah selendang halus berwarna indah. Ia mengambil selendang itu dan menyembunyikannya.

Tiba-tiba Jaka Tarub menyenggol sebuah dahan. Daun-daun bergemerisik. Gadis-gadis itu mendengar suara dan panik. Mereka mengambil selendang mereka yang diletakkan di dekat danau. Salah satu gadis menangis kebingungan karena tidak menemukan selendangnya.

“Kakak, selendangku hilang!” ujarnya.

Keenam gadis lainnya membantunya mencari selendang tersebut, tetapi tidak berhasil. Hari mulai gelap. “Maafkan kami, tetapi hari sudah senja. Kami harus pulang,” ujar gadis-gadis lainnya. “Nawang Wulan, kamu harus mencarinya sendiri. Kami akan menunggumu di kahyangan.”

Barulah Jaka Tarub sadar bahwa ketujuh gadis tersebut adalah bidadari. Ia mendekati Nawang Wulan yang masih tersedu-sedu dan berusaha menghiburnya.

“Gadis cantik, mengapa engkau menangis?” tanyanya.

“Selendangku hilang, dan kakak-kakakku meninggalkanku. Aku tidak bisa pulang ke kahyangan,” jawab Nawang Wulan.

“Jangan menangis. Ikutlah denganku. Aku akan menjagamu,” ujar Jaka Tarub.

Pada awalnya Nawang Wulan merasa enggan, namun ia tidak punya pilihan lain. Akhirnya ia pergi bersama Jaka Tarub. Jaka Tarub membawa Nawang Wulan pulang ke rumahnya. Kepada tetangganya di desa, Jaka Tarub menyebut Nawang Wulan sebagai gadis dari desa lain yang jauh.

Beberapa waktu kemudian, Jaka Tarub dan Nawang Wulan menikah. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang dinamakan Nawangsih. Sejak menikah dengan Nawang Wulan, kehidupan Jaka Tarub semakin baik. Panen padinya selalu berlimpah. Lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun mereka makan nasi setiap hari. Jaka Tarub penasaran, tetapi ia ingat pesan istrinya untuk tidak menanyakan asal-usulnya.

Suatu hari, Nawang Wulan akan pergi mencuci pakaian di sungai. “Aku sedang menanak nasi. Jangan buka bakul nasinya,” ia berpesan kepada Jaka Tarub sebelum pergi. Sayangnya, Jaka Tarub mengabaikan pesan istrinya. Ketika ia pergi ke dapur, ia membuka bakul nasinya untuk memeriksa apakah nasinya sudah matang. Ternyata hanya ada sebutir nasi di dalam bakul itu.

Ketika Nawang Wulan pulang, ia mengetahui tindakan suaminya. “Kakak, kenapa kau buka tutup bakulnya? Sekarang kesaktianku hilang, dan aku tidak bisa menanak nasi menggunakan sebutir nasi lagi,” tegurnya.

Lama-kelamaan, persediaan beras di lumbung cepat habis. Suatu hari, Nawang Wulan ingin menanak nasi. Ia pun pergi ke lumbung untuk mengambil beras. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat selendangnya disembunyikan di dasar lumbung tersebut. Ia sangat marah terhadap suaminya. Ia mengancam akan kembali ke kahyangan.

“Maafkan aku, Nawang Wulan,” sesal Jaka Tarub. Ia memohon kepada istrinya agar tidak meninggalkan dirinya. “Ingat kepada Nawangsih. Ia masih kecil dan membutuhkanmu.”

“Aku memaafkanmu. Tetapi aku tetap akan kembali ke kahyangan. Aku hanya akan kembali pada waktu-waktu tertentu untuk merawat Nawangsih,” tegas Nawang Wulan. Kemudian ia pun pergi meninggalkan Jaka Tarub yang terpaku sedih.

Trivia:

Nawang Wulan adalah seorang bidadari, yaitu sosok wanita mistis yang cantik dan tinggal di kahyangan.
Jaka Tarub dipercaya sebagai leluhur Dinasti Mataram, penguasa Jawa pada abad ke-17.
Menurut legenda, Nawangsih menikah dengan Raden Bondan Kejawan, putra bungsu raja Majapahit terakhir dan pendiri kesultanan Mataram pada abad ke-16.
Share:

0 Comant: